Inspirasi dari Pelaut Toraja, Terharu bacanya!!
8/01/2019
Add Comment
Semoga memberi semangat.
Ditulis di Baruppu' Toraja Utara, 17 maret 2016.
Terima kasih atas pertemananya.
Sebenarnya, kedua orangtuaku Muslim. Namun, Tuhan selalu punya rencana lain. Ayahku meninggal waktu aku masih kecil. Kata nenekku, ayahku berpulang waktu umurku sekitar enam bulan. Pada saat itu juga, aku lepas dari pelukan Ibu kandungku. Kami dua bersaudara dan aku tidak tahu keberadaan kakak kandungku. Kedua orangtuaku tinggal di Palu kabupaten Donggala ( Sulawesi Tengah ). Aku terpisah setelah kepergian ayah. Ibu membawaku ke Toraja, di kampung halaman ayahku. Di pegunungan Baruppu' Toraja Utara. Di sanalah nenek membesarkanku dengan penuh kesederhanaan tapi berlimpah kasih sayang.
Nenek sangat menyayangngiku dan berjuang mati-matian membesarkan dan menyekolahkanku. Sewaktu aku SMP, nenek sudah berniat untuk mengembalikan aku ke Ibu kandungku setelah tamat SMP. Nenek juga tidak ingin membawaku ke Pastor untuk dibaptis karena di pikiran nenek, aku akan dikembalikan ke Ibuku yang beragama Muslim. Namun, Tuhan selalu punya rencanah indah bagi hidupku, sehingga aku sendiri datang pada Pastor untuk dibaptis. Akhirnya, aku dibaptis dewasa di Gereja Katolik Stasi Santa Bunda Maria Suleleng di Baruppu' Toraja Utara waktu aku kelas tiga SMP.
Waktu aku duduk di bangku SMP. Aku harus bangun pagi-pagi. Karena aku harus berjalan kaki menuju sekolah. Jarak dari rumah nenek ke SMP lumayan jauh. Sekitar 6 KM. Tapi bagi kami yang dari kampung itu sudah hal biasa. Ketika orang masih tidur nyeyak kami sudah melewati jalanan jauh dan melawan dingin di kampung. Tiga tahun aku berjuang di SMP, akhirnya diriku tamat juga.
Aku dari kecil sudah belajar menghasilkan. Aku sering digaji orang-orang di kampung untuk membersihkan kebun dan membajak sawah. Masa kecilku banyak habis di sawah dan di kebun. Kalau hari pasar di kampung, aku juga menjual sayur dan talas (Upe).
Setelah tamat SMP. Aku bilang sama nenek bahwa aku ingin melanjutkan pendidikanku. Nenekku bilang, "kamu sudah besar. Kamu sudah bisa merantau". Namun, semangatku menunut ilmu selalu ada dalam diriku. Bagaimanapun dirikulah yang harus berjuang meyakinkan nenek. Akulah yang harus maju. Aku berjanji pada nenek untuk tidak seperti anak-anak lain di kampung. Nenek bukanya tidak ingin menyekolahkanku tapi nenekku tidak ingin kalau aku hanya ikut-ikutan sekolah lalu pada akhinrya aku putus sekolah karena pergaulan. Nenek tidak ingin kalau aku seperti itu.
Aku bilang sama nenek, "Aku tahu keadaan nenek. Aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan nenek. Aku akan sekolah sunggu-sunggu. Aku juga akan berusaha agar aku bisa menghasilkan."
Akhirnya nenek sepakat denganku. Aku diinjinkan melanjutkan sekolahku. Pada saat itu, belum ada SMA di kampungku. Berarti, aku harus meninggalkan kampung Baruppu'. Aku berpisah dari nenek untuk melanjutkan pendidikanku. Aku ke Rantepao, kota Toraja Utara. Jarak dari kampung Baruppu' ke Kota Rantepao sekitar 45 KM. Aku melanjutkan sekolahku di STM Kr. Tagari Rantepao.
Dulu, waktu aku masih sekolah di STM. Aku pelihara babi. Dan selama itu juga, aku tiga kali berhasil menjual babi peliharaanku. Dan hasilnya aku tabung. Hasil tabungankulah yang kupakai untuk nekat lanjut kuliah di pelayaran.
Aku teringat sewaktu mau mendaftar kuliah di pelayaran. Aku sangat berat mengutarakan sama nenek, tentang pilihanku yang mau lanjut kuliah. Karena aku paham keadaan nenekku di kampung. Aku juga pikir dari mana nenek ambil dana untuk membiayai selama pendidikanku. Apalagi kuliah di pelayaran butuh biaya yang banyak. Namun, mimpiku tetap kuperjuangkan. Doa terus kupanjatkan. Aku menyakinkan nenek dengan semangatku. Nenek tahu kalau aku orangnya pekerja keras dan punya kemauan besar untuk menuntut ilmu. Nenek terus mendukung saya. Mendoakan saya.
Aku ke Makassar. Aku mendaftar di salah satu kampus pelayaran swasta. Nama kampusnya adalah AMI Vetran Makassar. Sekarang sudah jadi Politeknik Maritim AMI Makassar. Aku ikut tes pada gelombang pertama. Semua tes mampu aku lewati dengan baik. Waktu tes wawancara. Aku mendapat benyak sekali pertanyaan. Dan pertanyaan yang selalu ditanyakan bagi CATAR (Calon Taruna) adalah kenapa memilih kuliah di pelayaran? Aku menjawab dengan jujur. Supaya nanti, aku bisa punya uang sendiri dan aku bisa mancari kakak kandungku. Aku terbuka semuanya tentang hidupku. Aku bilang bahwa ayahku meninggal sejak umurku sekitar enam bulan. Ayahku meninggal di Palu (Sulawesi Tengah) Kabupaten Donggala. Sejak itu juga, saya terpisah dengan Ibu kandungku dan kakakku. Neneklah yang membesarkanku. Berjuang menyekolahkanku. Saya memilih kuliah di pelayaran, supaya nanti aku jadi perwira. Aku bisa bekerja di kapal. Bisa menghasilkan. Bisa mencari kakak kandungku. Dan bisa membahagiakan nenek. Aku ceritakan semuanya waktu ditanyai kenapa aku mau kuliah di pelayaran.
Dan waktu pengumuman hasil tes gelombang pertama . Aku lulus. Aku menelpon nenek ke kampung tentang kelulusanku. Nenek menangis terharu bahagia atas diterimanya diriku kuliah di kampus pelayaran. Tapi, aku tetap sadar diri bahwa nenekku di kampung punya beban pikiran tentang biaya yang aku akan pakai selama pendidikan.
Sambil kuliah, aku juga pikir tentang biaya pendidikanku. Aku bekerja agar aku bisa meringankan beban nenek di kampung. Setidaknya, aku bisa menghasilkan uang untuk membayar tempat kos. Aku bekerja disalah satu karaoke yang ada di Makassar. Aku juga ikut kursus Bahasa Inggris. Waktu libur, aku tidak pulang kampung. Aku mencari kerja untuk bisa menghasilkan. Aku juga pernah bekerja di salah satu restoran yang ada di Toraja. Namanya adalah Restoran Rimiko. Sambil bekerja, aku juga belajar Bahasa Inggris langsung pada bule yang datang di Restoran.
Dua tahun lebih kuliah, Akhirnya aku berhasil memenuhi persyaratan untuk melaksanakan Prala (Praktek Laut). Aku ke Jakarta. Tiga bulan di Jakarta. Sudah hilang semangat. Sudah tidak tahu mau kemana lagi. Akhirnya, aku direkomendasikan seseorang yang mau menolongku. Aku melaksanakan praktek di kapal penumpang. Milik PT. Pelni. Salah satu perusahaan pelayaran milik pemerintah. Nama kapalnya " Km. Kelimutu". Setelah melaksanakan tugasku di kapal, aku juga menjual bubur kacang hijau dan bubur beras merah. Aku menjualnya kepenumpang. Uang hasil jualan bubur di kapal, aku tabung untuk persiapan menyelesaikan biaya kuliahku dan biaya sertifikat.
Setelah melaksanakan praktek di kapal. Saya kembali ke kampus melapor. Menyelesaikan semua laporan selama praktek. Dan memperisapkan diri untuk melaksankan ujian negara dan ujian meja. Hampir empat tahun kuliah. Akhirnya aku wisuda. Nenek menangis terharu waktu aku menelponya ke kampung bahwa aku akan wisuda.
Sewaktu wisuda, nenek datang dari kampung menghadiri wisudaku. Nenek memasangkan pangkat perwira di pundakku. Kami berpelukan erat. Nenek menangis. Berkali-kali menciumku. Katanya, baliau terharu melihat cucuknya bisa jadi seorang perwira. Bisa menyelesaikan kuliah. Nenek memang tidak pernah merasakan diwisuda. Hebatnya, nenek yang tidak pernah duduk di bangku pendidikan namun berhasil memebesarkanku, mendidikku dan membiayai pendidikanku hingga sampai aku jadi perwira.
Bagaimana mungkin itu bisa terjadi bagi anak kampung. Yang berasal dari kampung terpencil di Toraja. Yang memiliki nenek yang butah huruf, yang tidak punya penghasilan seperti nenekku. Yang berkali-kali hampir putus kuliah karena masalah biaya. Tapi justru terjadi dalam kehidupanku dan nenekku. Sampai sekarang pun aku dan nenek masih tidak percaya bisa menyelesaikan kuliah di pelayaran. Yang benar-benar membutuhkkan waktu dan biaya yang banyak. Terutama biaya sertifikat yang harus aku miliki.
Dulu waktu kuliah. Aku berkali-kali hampir putus kuliah karena masalah biaya.Tapi, Tuhan selalu ada memberih jalan dari setiap kesulitan yang ada. Kuliah sambil bekerja adalah hal biasa bagi saya. Terkadang, keadaan mengalahkan semangatku. Aku pernah bilang sama nenek bahwa, "aku tidak ingin lagi membuat nenek repot. Aku tidak ingin lagi lanjutkan kuliah. Aku tahu keadaan nenek".
Nenek memelukku sambil berbisik, "Kamu harus selesaikan kuliahmu. Apa pun itu, saya akan lakukan agar kamu bisa menyelesaikan kuliahmu. Kalau kamu putus kuliah, aku merasa gagal membersarkanmu". Nenek menjual sawah agar aku bisa bayar uang kuliah. Nenek tahu bahwa aku punya kemauan yang besar untuk berjuang di bangku pendidikan. Itulah sebapanya, nenek tidak ingin kalau aku putus kuliah.
Walau pun aku tumbuh tanpa kasih sayang orangtua, tidak pernah merasakan kasih sayang ibu. Tapi aku tetap merasakan kasih sayang yang tulus dari seorang nenek. Walau pun bukan ibu yang membesarkanku; Aku percaya doanya juga menyertaiku.
Bagaimanapun masalah yang aku hadapi, aku selalu datang memohon doa pada Bunda Maria. Aku juga sering datang pada Pastor untuk didoakan. Pastor memberiku nasehat agar tetap berjuang menyelesaikan kuliah. Nasehat dari Pastor, aku simpan dalam hati dan membuatku semangat. Aku kembali semangat berjuang menyelesaikan kuliahku. Masalah tetap ada dalam bangku pendidikan tapi aku percaya bahwa Tuhan tidak mungkin mengizinkan aku diterima di kampus pelayaran kalau pada akhirnya aku putus kuliah. Hal itulah yang aku percayai.
Aku sunggu merasakan mujizat TUHAN terjadi dalam perjalanan hidupku dan bisa berjuang menyelesaikan kuliah, itu adalah hal yang sangat mustahil bagiku dan bagi nenekku.
Semangat yang lahir dari dalam diriku adalah salah satu tanda kehadiran Tuhan memberkati hidupku. Setiap selesai mengikuti perayaan Ekaristi, aku selalu pulang membawa semangat baru dalam diriku. Apalagi setelah selesai menyambut Komuni. Aku sunggu merasakan kehadiran Tuhan dalam perayaan Ekaristi yang memberiku kekuatan dan semangat yang berkobar-kobar. Aku percaya sampai saat ini, tanpa menyambut Komuni aku seperti orang mati.
Semua pengalaman pahit yang aku alami dalam hidupku. Telah berhasil menghantarkan diriku ke hadapan Bunda Maria. Suatu petualangan yang menakjubkan yang kujumpai dalam hidupku. Bagiku, Bunda Maria adalah seorang Ibu yang selalu setia mendegar permohonanku. Bunda yang selalu ada dalam hatiku. Bunda yang memberiku semangat hidup.
Ketika kamu menangis janganlah biarkan air matamu itu sia-sia. Jangan juga jadikan air mata itu menenggelamkan dirimu dari irama hidup. Namun sebaliknya jadikanah kesedihan itu menjadi kesediaan bersuka ria. Ubahlah air mata itu menjadi mata air kehidupan. Sebab “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. “ (Mazmur 126:5).
Jangan pernah merasa kamu tak dibutuhkan. Merasa tak berguna. Semangat yang besar berasal dari jiwa yang punya mimpi yang besar. Punya keinginanan yang tinggi. Kalau hari ini kamu bukan siapa-siapa itu tidak apa-apa yang jelas kamu punya tujuan dan target yang harus kamu capai.
Jika terus menghabiskan waktu di media sosial. Hari-hari hanya habis berlalu untuk bermain game. Percayalah, kamu tidak akan jadi apa-apa. Nanti kamu akan melihat teman-temanmu yang sukses karena waktu muda fokus pada pendidikanya. Belajar menyiapkan dirinya untuk siap kerja di lapangan.
Media sosial itu baik tapi manfaatkanlah dengan baik bukan menghancurkan masa depanmu.
Jika engkau kuat dalam doa. Tetap berjuang mewujudkan mimpimu, engkau tahu bahwa biar pun serba macam masalah terjadi dalam hidupmu. Namun engkau tidak akan membiarkan dirimu berhenti di tengah jalan. Engkau tahu bahwa menyerah adalah keputusan yang paling memalukan.
Ketika kamu memiliki hubungan pribadi yang setia dengan Tuhan, engkau tetap berjalan maju. Tetap melakukan yang terbaik. Sehingga biarpun tak ada seseorang yang bersedia menolongmu. Engkau tetap menguatkan dirimu, seraya mempercayai Ia yang mengasihimu.
Ketika orang tua pernah berjuang mati-matian untuk anak-anaknya maka akan ada waktunya kita berjuang mati-matian untuk membahagiakan mereka. Jangan pernah berhenti berjuang untuk orang-orang yang kita kasihi.
Jangan jadikan alasan kemiskinan orangtua sebagai penghalang untuk tidak mau bermimpi yang besar. Tapi, jadikanlah itu sebagai penyemangat untuk mau membahagiakan mereka. Mau berjuang. Pada akhirnya, kamu akan paham bahwa sukses adalah milik mereka yang punya semangat yang tak pernah luntur dari dalam dirinya. Kemauan dari dirimu sendirilah yang bisa mengubah duniamu. Orang lain bisa menasehatimu, memberi kamu semangat tapi tetap saja dirimu yang harus berjuang mewujudkan mimpimu.
Walaupun kamu berasal dari kampung terpencil. Memiliki orangtua yang tidak berpenghasilan. Atau mungkin orangtuamu sudah dipanggil Tuhan. Tapi kamu harus punya mimpi yang besar. Kamu harus berani malakukan sesuatu. Kalau kamu punya semangat juang yang besar itulah kunci keberhasilan. Semangatmulah yang menaklukkan badai yang ada.
Apa yang telah kamu perjuangkan. Yang kamu bangun bertahun-tahun. Akan tetap sia-sia jika kamu berhenti di tengah jalan. Maka, jangan berhenti berjuang. Tetaplah maju.
Jangan pernah merasa hebat. Tapi, tetaplah belajar. Menambah wawasanmu. Tetaplah rendah hati. Jangan bersaing dengan mereka yang berjuang mengumpulkan harta. Tetaplah jadi orang baik.
Mungkin orangtua tidak punya kemampuan untuk membiayai pendidikan kita. Tapi ada kemauan dari dalam diri sendiri. Mau datang memohon pertolongan Tuhan. Pasti ada jalan. Ada solusi dari setiap kesulitan. Mujizat Tuhan sunggu terjadi ketika anda berani berjuang. Jangan takut bermipi yang besar karena di sanalah kamu dan saya pasti melihat; merasakan bagaimana cara Tuhan bekerja.
Ingatlah juga bahwa, tidak semua orang akan mendukungmu saat kamu memilih suatu pilihan. Maka, kamu tidak perlu menjelaskan siapa dan bagaimana dirimu mencapainya. Hal yang seharusnya kamu lakukan hanyalah terus bekerja keras, konsisten dan berkomitmen atas pilihan itu. Biarlah nanti hasil dari segalah jerih paya dan kerja kerasmu yang akan menjawab. Jangan seperti Ikan mati yang terus terbawa arus tapi berjuanglah terus untuk menjadi kebanggaan.
Pada saat kamu berjuang mungkin kamu tak dipedulihkan. Kamu tak dianggap ada. Tapi jangan lupa bahwa kamu sedang dalam proses menunju kesuksesan. Ingatlah bahwa sukses adalah milik mereka yang tak mengenal putus asah.
Sepanjang ada kemauan untuk mau memperbaiki masa depan. Mau bersabar. Ada kemauan untuk membahagiakan orangtua. Sepanjang itu juga ada Tuhan yang memberi jalan dari setiap kesulitan yang kita hadapi.
Bangkitlah. Lawan kemalasan yang ada dalam dirimu. Lalu berjunglah. Ketika kamu mampu hidup mandiri. Kamu bisa bermanfaat bagi orang di sekitarmu. Itulah kemerdekaan yang sesunggunya. Jangan biarakan kemalasan menghancurkan hidupmu.
Jangan lupa bahwa perjuangamu hari ini adalah kebahagiaanmu sendiri yang nanti kamu nikmati. Tapi, jika hari ini kamu berhenti berjuang. Tidak mau memperbaiki diri. Membiarkan waktumu sia-sia. Kamu akan punya penyesalan yang tak ada artinya lagi. Selagi semuanya masih bisa diperbaiki, maka fokuslah pada pendidikanmu, pekerjaanmu dan hal-hal yang baik yang bermanfaat bagi dirimu.
Pada akhirnya, kita akan bangga pada diri sendiri bukan karena kita mampu mewujudkan apa yang kita inginkan tapi karena kita mampu berjuang dalam keadaan pahit. Mampu menghargai proses. Bisa menghasilkan dengan hasil keringat sendiri. Sukses bukan hanya terwujudnya mimpi. Sukses juga adalah ketika tak ada satu pun orang yang memberi kita semangat tapi kita terus menyemangati diri sediri. Tetap maju melakukan yang terbaik. Terus belajar menambah wawasan.
Bagi kalian yang masih berjuang di bangku pendidikan. Belajarlah dengan baik. Jangan sia-siakan harapan orangtua pada diri kalian. Banyak orang di luar sana tidak bisa hidup menempuh pendidikan. Selesaikan kuliahmu; agar harapan orangtuamu tidak sia-sia.
Salah satu alasan mengapa kamu harus berjuang cepat menyelesaikan kuliahmu. Agar beban orangtuamu lepas. Agar orangtuamu tersenyum, merasa berhasil mendidik, membiayai dan membesarkanmu. Maka, kalau mau main-main kuliah, lebih baik jujur pada orangtua agar mereka tidak berharap bahwa kamu akan selesai. Tapi, kalau sayang orangtua, maka buktikan padanya. Kamu fokus pada pendidikanmu. Menyelesaikan pendidikanmu itu sudah membuat orangtua bangga.
Bagaimanapun kamulah yang harus semangati dirimu. Kamulah yang harus maju. Orang lain bisa mendukungmu. Memberi kamu semangat. Atau tidak peduli sedikit pun. Apa pun cita-citamu. Kamulah yang harus berjuang mewujudkannya. Bukan siapa-siapa. Orangtua, keluarga, pacar dan sahabat adalah penyemangat bukan mereka yang mewujudkan cita-citamu. Doanya sangat berarti tapi tetap saja sia-sia kalau kamu sendiri yang tidak punya semangat untuk berjuang.
Jika tidak punya nama besar orangtua yang bisa dibanggakan. Maka, buat namamu yang menjadi kebanggaan orangtua yang telah membesarkanmu.
Walaupun orangtua mampu menyekolahkanmu. Mampu mewujudkan keinginanmu. Tapi kamu harus belajar mandiri. Harus belajar menghasilkan. Percayalah, kalau kamu tahu mendapatkan sesuatu dengan hasil keringat sendiri. Kamu pasti menghargai hidupmu. Menghargai kehidupan orang-orang di sekitarmu. Menghargai waktu. Dan yang pasti adalah kamu bisa menghargai jerih payah orangtua. Tolong ingat ini, "Tidak perlu kamu sukses besar cukup kamu mampu mandiri tidak merepotkan oranglain apalagi menyia-nyiakan harapan orangtua".
Apu pun yang sudah digariskan Tuhan pada setiap manusia, itulah yang harus dihadapi. Dijalani. Disyukuri. Manusia hanya perlu belajar untuk menemukan mutiara indah pada garis kehidupan setiap manusia. Seperti diriku yang berbedah agama dengan orangtuaku dan kakak kandungku. Aku percaya bahwa Tuhan selalu punya rencana Indah bagi setiap manusia. Jadikanlah dirimu berkat bagi sesama yang membutuhkan. Pancarkan semangat juangmu pada orang di sekitarmu.
Kamu tidak perlu menjauh dari orang-orang yang tidak sepikir denganmu. Percayalah, sekuat bagaimanapun dirimu. Sebaik bagaimanapun hatimu. Selalu ada orang di sekitar kita yang melemahkan. Akan selalu ada orang yang tegah menyakitimu. Yang tak paham apa yang kita targetkan. Kamu fokus saja pada mimpi dan targetmu. Belajarlah dari orang-orang di sekitarmu. Tetap maju beriringan dengan mereka yang tak sepaham denganmu. Pada nantinya, kerja keras dan usahamu yang akan memberi pemahaman.
Orangtuamu tidak tahu, apakah dirimu benar-benar berjuang menuntut ilmu. Mereka hanya tahu berjuang untukmu demi biaya pendidikanmu. Jika yang kamu lakukan adalah bersenang-senang. Pacar-pacaran. Tidak pikirkan urusan kampus. Tidak mau mengerjakan tugas. Masih ikut-ikutan. Kamu tidak akan jadi apa-apa. Orangtuamu akan terus ada berjuang untukmu. Tak pernah berhenti berkorban walaupun dirimu berkali-kali membohonginya.
Senakal bagaimanapun dirimu. Orangtua tetap menjadikanmu kebanggaan. Lalu, kalau sampai sekarang kamu masih terus main-main. Masih saja menghabiskan waktu berlalu sia-sia. Tidak mau berubah memperbaiki diri. Masih saja membohongi orangtua. Urusan kampus tidak dibereskan. Lalu kapan orangtuamu tenang hidupnya. Tolong ingat ini "Beban orang tua terbesar adalah takut kalau anak-anaknya tidak bahagia. Itulah sebapanya orangtua tidak pernah kenal kata menyerah demi anak-anaknya". Aku ingatkan lagi, "Kamu tidak perlu sukses besar. Tidak perlu sukses untuk banyak orang. Cukup kamu manpu buktikan pada orangtuamu bahwa kamu tidak akan mengecewakanya. Kamu buktikan pada dirimu bahwa kamu pasti sukses. Caranya bagaimana? Jangan sia-siakan harapan orangtua yang ada pada dirimu dan jangan mudah putus asa".
Kalau kamu mengalami banyak masalah dan penderitaan dan kamu berpikir Allah berdiam diri, ingatlah bahwa kamu bukan sendirian dalam ha itu. Ingatlah juga bahwa kamu bukanlah yang paling susah dan menderita. Masih banyak orang lain yang lebih susah dari kamu. Yakinkan dirimu bahwa Allah tahu masalahmu dan memahami masalah hidupmu. Pada suatu saat, Dia akan campur tangan dalam hidupmu entah lewat pengalaman yang tidak kamu duga atau lewat kasih orang lain. Maka Dia mengajakmu bersabarlah dan kamu akan menikmati buah kesabaranmu. Berpengharapanlah maka Dia tidak akan mengecewakanmu. Dan berdoalah dengan tulus maka Dia akan mendengarkan dan mengabulkan doamu.
Sehebat bagaimanapun dirimu kalau tidak punya karya. Pada akhirnya kamu akan berlalu. Mati. Dikubur. Selesai. Maka kuingatkan lagi, "Berkaryalah agar hidupmu tidak sia-sia. Kamu pasti bisa. Aku yakin kamu memiliki talenta yang bisa bermanfaat bagi dirimu dan bagi orang di sekitarmu tapi talenta itu tetaplah sia-sia kalau kamu yang tidak mau berjuang".
Dari kisah hidupku yang aku tulis di atas. Ada begitu banyak pelajaran hidup yang membuat aku semangat. Ada pelajaran hidup yang aku tidak dapatkan di gedung sekolah yaitu cara bertahan hidup. Aku menemukan banyak rahasia Tuhan di balik liku-liku kehidupanku. Setiap aku punya masalah, aku kembali membaca kisah hidupku. Aku termotivasi sendiri. Aku kembali semangat.
Aku terus melangkah. Aku sadar bahwa hidup memang sudah begitu. Selalu ada kejadian yang di luar logika kita. Jatuh dan gagal pasti ada. Tapi, hidup harus dijalani. Masalah pasti tetap ada. Lalu, kalau hari ini apa yang kita minta dalam doa belum terkabulkan. Bukan berarti Tuhan tak mendegarnya tapi Tuhan ingin, agar kita percaya bahwa semuanya indah dan tepat pada waktunya. Tuhan ingin, agar kita menghargai hidup. Agar paham bahwa yang terbaik selalu butuh kesabaran. Butuh air mata. Butuh keringat. Butuh perjuangan dan proses.
Percayalah, orang hebat di dunia bukan mereka yang memiliki segalahnya. Tapi mereka yang memiliki semangat hidup yang tidak mudah menyerah. Yang berkurangan tapi tetap berterima kasih pada Tuhan. Orang hebat adalah orang yang punya hubungan pribadi yang setia dengan Tuhan. Yang tak pernah menyerah. Berdiri kembali walau telah jatuh berkali-kali. Yang punya kemauan untuk mau menjadikan dirinya berkat bagi sesama. Mungkin tidak dengan materi tapi saling memberi semangat untuk tetap maju menghadapi kerasnya kehidupan.
Pada saat ini, aku lagi menunggu ijazahku. Dan juga melengkapi beberapa sertifikat untuk berlayar. Semoga nanti, setelah aku sudah pegang Ijazah, aku bisa cepat naik kapal. Bisa menghasilkan. Bisa membahagiakan nenek di kampung. Amin...
Melalui kiriman ini, saya ingin berterima kasih kepada siapa saja yang mengenalku. Yang talah membaca kisah perjalananku. Yang pernah menolongku. Mendukungku selama ini. Tanpa doa dan dukungan dari teman-teman terkasih. Aku bukanlah siapa-siapa. Perjuangan hidupku masih panjang. Masih banyak hal-hal yang harus aku hadapi. Akan selalu ada tantangan. Aku mohon dengan tulus, jangan pernah berhenti mendoakanku, menasehatiku dan memberiku semangat.
Terima kasih telah menjadi bagian dari kisah perjalanan hidupku.
Baruppu' Toraja Utara, 17 Maret 2016.
Ditulis di Baruppu' Toraja Utara, 17 maret 2016.
Terima kasih atas pertemananya.
Sebenarnya, kedua orangtuaku Muslim. Namun, Tuhan selalu punya rencana lain. Ayahku meninggal waktu aku masih kecil. Kata nenekku, ayahku berpulang waktu umurku sekitar enam bulan. Pada saat itu juga, aku lepas dari pelukan Ibu kandungku. Kami dua bersaudara dan aku tidak tahu keberadaan kakak kandungku. Kedua orangtuaku tinggal di Palu kabupaten Donggala ( Sulawesi Tengah ). Aku terpisah setelah kepergian ayah. Ibu membawaku ke Toraja, di kampung halaman ayahku. Di pegunungan Baruppu' Toraja Utara. Di sanalah nenek membesarkanku dengan penuh kesederhanaan tapi berlimpah kasih sayang.
Nenek sangat menyayangngiku dan berjuang mati-matian membesarkan dan menyekolahkanku. Sewaktu aku SMP, nenek sudah berniat untuk mengembalikan aku ke Ibu kandungku setelah tamat SMP. Nenek juga tidak ingin membawaku ke Pastor untuk dibaptis karena di pikiran nenek, aku akan dikembalikan ke Ibuku yang beragama Muslim. Namun, Tuhan selalu punya rencanah indah bagi hidupku, sehingga aku sendiri datang pada Pastor untuk dibaptis. Akhirnya, aku dibaptis dewasa di Gereja Katolik Stasi Santa Bunda Maria Suleleng di Baruppu' Toraja Utara waktu aku kelas tiga SMP.
Waktu aku duduk di bangku SMP. Aku harus bangun pagi-pagi. Karena aku harus berjalan kaki menuju sekolah. Jarak dari rumah nenek ke SMP lumayan jauh. Sekitar 6 KM. Tapi bagi kami yang dari kampung itu sudah hal biasa. Ketika orang masih tidur nyeyak kami sudah melewati jalanan jauh dan melawan dingin di kampung. Tiga tahun aku berjuang di SMP, akhirnya diriku tamat juga.
Aku dari kecil sudah belajar menghasilkan. Aku sering digaji orang-orang di kampung untuk membersihkan kebun dan membajak sawah. Masa kecilku banyak habis di sawah dan di kebun. Kalau hari pasar di kampung, aku juga menjual sayur dan talas (Upe).
Setelah tamat SMP. Aku bilang sama nenek bahwa aku ingin melanjutkan pendidikanku. Nenekku bilang, "kamu sudah besar. Kamu sudah bisa merantau". Namun, semangatku menunut ilmu selalu ada dalam diriku. Bagaimanapun dirikulah yang harus berjuang meyakinkan nenek. Akulah yang harus maju. Aku berjanji pada nenek untuk tidak seperti anak-anak lain di kampung. Nenek bukanya tidak ingin menyekolahkanku tapi nenekku tidak ingin kalau aku hanya ikut-ikutan sekolah lalu pada akhinrya aku putus sekolah karena pergaulan. Nenek tidak ingin kalau aku seperti itu.
Aku bilang sama nenek, "Aku tahu keadaan nenek. Aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan nenek. Aku akan sekolah sunggu-sunggu. Aku juga akan berusaha agar aku bisa menghasilkan."
Akhirnya nenek sepakat denganku. Aku diinjinkan melanjutkan sekolahku. Pada saat itu, belum ada SMA di kampungku. Berarti, aku harus meninggalkan kampung Baruppu'. Aku berpisah dari nenek untuk melanjutkan pendidikanku. Aku ke Rantepao, kota Toraja Utara. Jarak dari kampung Baruppu' ke Kota Rantepao sekitar 45 KM. Aku melanjutkan sekolahku di STM Kr. Tagari Rantepao.
Dulu, waktu aku masih sekolah di STM. Aku pelihara babi. Dan selama itu juga, aku tiga kali berhasil menjual babi peliharaanku. Dan hasilnya aku tabung. Hasil tabungankulah yang kupakai untuk nekat lanjut kuliah di pelayaran.
Aku teringat sewaktu mau mendaftar kuliah di pelayaran. Aku sangat berat mengutarakan sama nenek, tentang pilihanku yang mau lanjut kuliah. Karena aku paham keadaan nenekku di kampung. Aku juga pikir dari mana nenek ambil dana untuk membiayai selama pendidikanku. Apalagi kuliah di pelayaran butuh biaya yang banyak. Namun, mimpiku tetap kuperjuangkan. Doa terus kupanjatkan. Aku menyakinkan nenek dengan semangatku. Nenek tahu kalau aku orangnya pekerja keras dan punya kemauan besar untuk menuntut ilmu. Nenek terus mendukung saya. Mendoakan saya.
Aku ke Makassar. Aku mendaftar di salah satu kampus pelayaran swasta. Nama kampusnya adalah AMI Vetran Makassar. Sekarang sudah jadi Politeknik Maritim AMI Makassar. Aku ikut tes pada gelombang pertama. Semua tes mampu aku lewati dengan baik. Waktu tes wawancara. Aku mendapat benyak sekali pertanyaan. Dan pertanyaan yang selalu ditanyakan bagi CATAR (Calon Taruna) adalah kenapa memilih kuliah di pelayaran? Aku menjawab dengan jujur. Supaya nanti, aku bisa punya uang sendiri dan aku bisa mancari kakak kandungku. Aku terbuka semuanya tentang hidupku. Aku bilang bahwa ayahku meninggal sejak umurku sekitar enam bulan. Ayahku meninggal di Palu (Sulawesi Tengah) Kabupaten Donggala. Sejak itu juga, saya terpisah dengan Ibu kandungku dan kakakku. Neneklah yang membesarkanku. Berjuang menyekolahkanku. Saya memilih kuliah di pelayaran, supaya nanti aku jadi perwira. Aku bisa bekerja di kapal. Bisa menghasilkan. Bisa mencari kakak kandungku. Dan bisa membahagiakan nenek. Aku ceritakan semuanya waktu ditanyai kenapa aku mau kuliah di pelayaran.
Dan waktu pengumuman hasil tes gelombang pertama . Aku lulus. Aku menelpon nenek ke kampung tentang kelulusanku. Nenek menangis terharu bahagia atas diterimanya diriku kuliah di kampus pelayaran. Tapi, aku tetap sadar diri bahwa nenekku di kampung punya beban pikiran tentang biaya yang aku akan pakai selama pendidikan.
Sambil kuliah, aku juga pikir tentang biaya pendidikanku. Aku bekerja agar aku bisa meringankan beban nenek di kampung. Setidaknya, aku bisa menghasilkan uang untuk membayar tempat kos. Aku bekerja disalah satu karaoke yang ada di Makassar. Aku juga ikut kursus Bahasa Inggris. Waktu libur, aku tidak pulang kampung. Aku mencari kerja untuk bisa menghasilkan. Aku juga pernah bekerja di salah satu restoran yang ada di Toraja. Namanya adalah Restoran Rimiko. Sambil bekerja, aku juga belajar Bahasa Inggris langsung pada bule yang datang di Restoran.
Dua tahun lebih kuliah, Akhirnya aku berhasil memenuhi persyaratan untuk melaksanakan Prala (Praktek Laut). Aku ke Jakarta. Tiga bulan di Jakarta. Sudah hilang semangat. Sudah tidak tahu mau kemana lagi. Akhirnya, aku direkomendasikan seseorang yang mau menolongku. Aku melaksanakan praktek di kapal penumpang. Milik PT. Pelni. Salah satu perusahaan pelayaran milik pemerintah. Nama kapalnya " Km. Kelimutu". Setelah melaksanakan tugasku di kapal, aku juga menjual bubur kacang hijau dan bubur beras merah. Aku menjualnya kepenumpang. Uang hasil jualan bubur di kapal, aku tabung untuk persiapan menyelesaikan biaya kuliahku dan biaya sertifikat.
Setelah melaksanakan praktek di kapal. Saya kembali ke kampus melapor. Menyelesaikan semua laporan selama praktek. Dan memperisapkan diri untuk melaksankan ujian negara dan ujian meja. Hampir empat tahun kuliah. Akhirnya aku wisuda. Nenek menangis terharu waktu aku menelponya ke kampung bahwa aku akan wisuda.
Sewaktu wisuda, nenek datang dari kampung menghadiri wisudaku. Nenek memasangkan pangkat perwira di pundakku. Kami berpelukan erat. Nenek menangis. Berkali-kali menciumku. Katanya, baliau terharu melihat cucuknya bisa jadi seorang perwira. Bisa menyelesaikan kuliah. Nenek memang tidak pernah merasakan diwisuda. Hebatnya, nenek yang tidak pernah duduk di bangku pendidikan namun berhasil memebesarkanku, mendidikku dan membiayai pendidikanku hingga sampai aku jadi perwira.
Bagaimana mungkin itu bisa terjadi bagi anak kampung. Yang berasal dari kampung terpencil di Toraja. Yang memiliki nenek yang butah huruf, yang tidak punya penghasilan seperti nenekku. Yang berkali-kali hampir putus kuliah karena masalah biaya. Tapi justru terjadi dalam kehidupanku dan nenekku. Sampai sekarang pun aku dan nenek masih tidak percaya bisa menyelesaikan kuliah di pelayaran. Yang benar-benar membutuhkkan waktu dan biaya yang banyak. Terutama biaya sertifikat yang harus aku miliki.
Dulu waktu kuliah. Aku berkali-kali hampir putus kuliah karena masalah biaya.Tapi, Tuhan selalu ada memberih jalan dari setiap kesulitan yang ada. Kuliah sambil bekerja adalah hal biasa bagi saya. Terkadang, keadaan mengalahkan semangatku. Aku pernah bilang sama nenek bahwa, "aku tidak ingin lagi membuat nenek repot. Aku tidak ingin lagi lanjutkan kuliah. Aku tahu keadaan nenek".
Nenek memelukku sambil berbisik, "Kamu harus selesaikan kuliahmu. Apa pun itu, saya akan lakukan agar kamu bisa menyelesaikan kuliahmu. Kalau kamu putus kuliah, aku merasa gagal membersarkanmu". Nenek menjual sawah agar aku bisa bayar uang kuliah. Nenek tahu bahwa aku punya kemauan yang besar untuk berjuang di bangku pendidikan. Itulah sebapanya, nenek tidak ingin kalau aku putus kuliah.
Walau pun aku tumbuh tanpa kasih sayang orangtua, tidak pernah merasakan kasih sayang ibu. Tapi aku tetap merasakan kasih sayang yang tulus dari seorang nenek. Walau pun bukan ibu yang membesarkanku; Aku percaya doanya juga menyertaiku.
Bagaimanapun masalah yang aku hadapi, aku selalu datang memohon doa pada Bunda Maria. Aku juga sering datang pada Pastor untuk didoakan. Pastor memberiku nasehat agar tetap berjuang menyelesaikan kuliah. Nasehat dari Pastor, aku simpan dalam hati dan membuatku semangat. Aku kembali semangat berjuang menyelesaikan kuliahku. Masalah tetap ada dalam bangku pendidikan tapi aku percaya bahwa Tuhan tidak mungkin mengizinkan aku diterima di kampus pelayaran kalau pada akhirnya aku putus kuliah. Hal itulah yang aku percayai.
Aku sunggu merasakan mujizat TUHAN terjadi dalam perjalanan hidupku dan bisa berjuang menyelesaikan kuliah, itu adalah hal yang sangat mustahil bagiku dan bagi nenekku.
Semangat yang lahir dari dalam diriku adalah salah satu tanda kehadiran Tuhan memberkati hidupku. Setiap selesai mengikuti perayaan Ekaristi, aku selalu pulang membawa semangat baru dalam diriku. Apalagi setelah selesai menyambut Komuni. Aku sunggu merasakan kehadiran Tuhan dalam perayaan Ekaristi yang memberiku kekuatan dan semangat yang berkobar-kobar. Aku percaya sampai saat ini, tanpa menyambut Komuni aku seperti orang mati.
Semua pengalaman pahit yang aku alami dalam hidupku. Telah berhasil menghantarkan diriku ke hadapan Bunda Maria. Suatu petualangan yang menakjubkan yang kujumpai dalam hidupku. Bagiku, Bunda Maria adalah seorang Ibu yang selalu setia mendegar permohonanku. Bunda yang selalu ada dalam hatiku. Bunda yang memberiku semangat hidup.
Ketika kamu menangis janganlah biarkan air matamu itu sia-sia. Jangan juga jadikan air mata itu menenggelamkan dirimu dari irama hidup. Namun sebaliknya jadikanah kesedihan itu menjadi kesediaan bersuka ria. Ubahlah air mata itu menjadi mata air kehidupan. Sebab “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. “ (Mazmur 126:5).
Jangan pernah merasa kamu tak dibutuhkan. Merasa tak berguna. Semangat yang besar berasal dari jiwa yang punya mimpi yang besar. Punya keinginanan yang tinggi. Kalau hari ini kamu bukan siapa-siapa itu tidak apa-apa yang jelas kamu punya tujuan dan target yang harus kamu capai.
Jika terus menghabiskan waktu di media sosial. Hari-hari hanya habis berlalu untuk bermain game. Percayalah, kamu tidak akan jadi apa-apa. Nanti kamu akan melihat teman-temanmu yang sukses karena waktu muda fokus pada pendidikanya. Belajar menyiapkan dirinya untuk siap kerja di lapangan.
Media sosial itu baik tapi manfaatkanlah dengan baik bukan menghancurkan masa depanmu.
Jika engkau kuat dalam doa. Tetap berjuang mewujudkan mimpimu, engkau tahu bahwa biar pun serba macam masalah terjadi dalam hidupmu. Namun engkau tidak akan membiarkan dirimu berhenti di tengah jalan. Engkau tahu bahwa menyerah adalah keputusan yang paling memalukan.
Ketika kamu memiliki hubungan pribadi yang setia dengan Tuhan, engkau tetap berjalan maju. Tetap melakukan yang terbaik. Sehingga biarpun tak ada seseorang yang bersedia menolongmu. Engkau tetap menguatkan dirimu, seraya mempercayai Ia yang mengasihimu.
Ketika orang tua pernah berjuang mati-matian untuk anak-anaknya maka akan ada waktunya kita berjuang mati-matian untuk membahagiakan mereka. Jangan pernah berhenti berjuang untuk orang-orang yang kita kasihi.
Jangan jadikan alasan kemiskinan orangtua sebagai penghalang untuk tidak mau bermimpi yang besar. Tapi, jadikanlah itu sebagai penyemangat untuk mau membahagiakan mereka. Mau berjuang. Pada akhirnya, kamu akan paham bahwa sukses adalah milik mereka yang punya semangat yang tak pernah luntur dari dalam dirinya. Kemauan dari dirimu sendirilah yang bisa mengubah duniamu. Orang lain bisa menasehatimu, memberi kamu semangat tapi tetap saja dirimu yang harus berjuang mewujudkan mimpimu.
Walaupun kamu berasal dari kampung terpencil. Memiliki orangtua yang tidak berpenghasilan. Atau mungkin orangtuamu sudah dipanggil Tuhan. Tapi kamu harus punya mimpi yang besar. Kamu harus berani malakukan sesuatu. Kalau kamu punya semangat juang yang besar itulah kunci keberhasilan. Semangatmulah yang menaklukkan badai yang ada.
Apa yang telah kamu perjuangkan. Yang kamu bangun bertahun-tahun. Akan tetap sia-sia jika kamu berhenti di tengah jalan. Maka, jangan berhenti berjuang. Tetaplah maju.
Jangan pernah merasa hebat. Tapi, tetaplah belajar. Menambah wawasanmu. Tetaplah rendah hati. Jangan bersaing dengan mereka yang berjuang mengumpulkan harta. Tetaplah jadi orang baik.
Mungkin orangtua tidak punya kemampuan untuk membiayai pendidikan kita. Tapi ada kemauan dari dalam diri sendiri. Mau datang memohon pertolongan Tuhan. Pasti ada jalan. Ada solusi dari setiap kesulitan. Mujizat Tuhan sunggu terjadi ketika anda berani berjuang. Jangan takut bermipi yang besar karena di sanalah kamu dan saya pasti melihat; merasakan bagaimana cara Tuhan bekerja.
Ingatlah juga bahwa, tidak semua orang akan mendukungmu saat kamu memilih suatu pilihan. Maka, kamu tidak perlu menjelaskan siapa dan bagaimana dirimu mencapainya. Hal yang seharusnya kamu lakukan hanyalah terus bekerja keras, konsisten dan berkomitmen atas pilihan itu. Biarlah nanti hasil dari segalah jerih paya dan kerja kerasmu yang akan menjawab. Jangan seperti Ikan mati yang terus terbawa arus tapi berjuanglah terus untuk menjadi kebanggaan.
Pada saat kamu berjuang mungkin kamu tak dipedulihkan. Kamu tak dianggap ada. Tapi jangan lupa bahwa kamu sedang dalam proses menunju kesuksesan. Ingatlah bahwa sukses adalah milik mereka yang tak mengenal putus asah.
Sepanjang ada kemauan untuk mau memperbaiki masa depan. Mau bersabar. Ada kemauan untuk membahagiakan orangtua. Sepanjang itu juga ada Tuhan yang memberi jalan dari setiap kesulitan yang kita hadapi.
Bangkitlah. Lawan kemalasan yang ada dalam dirimu. Lalu berjunglah. Ketika kamu mampu hidup mandiri. Kamu bisa bermanfaat bagi orang di sekitarmu. Itulah kemerdekaan yang sesunggunya. Jangan biarakan kemalasan menghancurkan hidupmu.
Jangan lupa bahwa perjuangamu hari ini adalah kebahagiaanmu sendiri yang nanti kamu nikmati. Tapi, jika hari ini kamu berhenti berjuang. Tidak mau memperbaiki diri. Membiarkan waktumu sia-sia. Kamu akan punya penyesalan yang tak ada artinya lagi. Selagi semuanya masih bisa diperbaiki, maka fokuslah pada pendidikanmu, pekerjaanmu dan hal-hal yang baik yang bermanfaat bagi dirimu.
Pada akhirnya, kita akan bangga pada diri sendiri bukan karena kita mampu mewujudkan apa yang kita inginkan tapi karena kita mampu berjuang dalam keadaan pahit. Mampu menghargai proses. Bisa menghasilkan dengan hasil keringat sendiri. Sukses bukan hanya terwujudnya mimpi. Sukses juga adalah ketika tak ada satu pun orang yang memberi kita semangat tapi kita terus menyemangati diri sediri. Tetap maju melakukan yang terbaik. Terus belajar menambah wawasan.
Bagi kalian yang masih berjuang di bangku pendidikan. Belajarlah dengan baik. Jangan sia-siakan harapan orangtua pada diri kalian. Banyak orang di luar sana tidak bisa hidup menempuh pendidikan. Selesaikan kuliahmu; agar harapan orangtuamu tidak sia-sia.
Salah satu alasan mengapa kamu harus berjuang cepat menyelesaikan kuliahmu. Agar beban orangtuamu lepas. Agar orangtuamu tersenyum, merasa berhasil mendidik, membiayai dan membesarkanmu. Maka, kalau mau main-main kuliah, lebih baik jujur pada orangtua agar mereka tidak berharap bahwa kamu akan selesai. Tapi, kalau sayang orangtua, maka buktikan padanya. Kamu fokus pada pendidikanmu. Menyelesaikan pendidikanmu itu sudah membuat orangtua bangga.
Bagaimanapun kamulah yang harus semangati dirimu. Kamulah yang harus maju. Orang lain bisa mendukungmu. Memberi kamu semangat. Atau tidak peduli sedikit pun. Apa pun cita-citamu. Kamulah yang harus berjuang mewujudkannya. Bukan siapa-siapa. Orangtua, keluarga, pacar dan sahabat adalah penyemangat bukan mereka yang mewujudkan cita-citamu. Doanya sangat berarti tapi tetap saja sia-sia kalau kamu sendiri yang tidak punya semangat untuk berjuang.
Jika tidak punya nama besar orangtua yang bisa dibanggakan. Maka, buat namamu yang menjadi kebanggaan orangtua yang telah membesarkanmu.
Walaupun orangtua mampu menyekolahkanmu. Mampu mewujudkan keinginanmu. Tapi kamu harus belajar mandiri. Harus belajar menghasilkan. Percayalah, kalau kamu tahu mendapatkan sesuatu dengan hasil keringat sendiri. Kamu pasti menghargai hidupmu. Menghargai kehidupan orang-orang di sekitarmu. Menghargai waktu. Dan yang pasti adalah kamu bisa menghargai jerih payah orangtua. Tolong ingat ini, "Tidak perlu kamu sukses besar cukup kamu mampu mandiri tidak merepotkan oranglain apalagi menyia-nyiakan harapan orangtua".
Apu pun yang sudah digariskan Tuhan pada setiap manusia, itulah yang harus dihadapi. Dijalani. Disyukuri. Manusia hanya perlu belajar untuk menemukan mutiara indah pada garis kehidupan setiap manusia. Seperti diriku yang berbedah agama dengan orangtuaku dan kakak kandungku. Aku percaya bahwa Tuhan selalu punya rencana Indah bagi setiap manusia. Jadikanlah dirimu berkat bagi sesama yang membutuhkan. Pancarkan semangat juangmu pada orang di sekitarmu.
Kamu tidak perlu menjauh dari orang-orang yang tidak sepikir denganmu. Percayalah, sekuat bagaimanapun dirimu. Sebaik bagaimanapun hatimu. Selalu ada orang di sekitar kita yang melemahkan. Akan selalu ada orang yang tegah menyakitimu. Yang tak paham apa yang kita targetkan. Kamu fokus saja pada mimpi dan targetmu. Belajarlah dari orang-orang di sekitarmu. Tetap maju beriringan dengan mereka yang tak sepaham denganmu. Pada nantinya, kerja keras dan usahamu yang akan memberi pemahaman.
Orangtuamu tidak tahu, apakah dirimu benar-benar berjuang menuntut ilmu. Mereka hanya tahu berjuang untukmu demi biaya pendidikanmu. Jika yang kamu lakukan adalah bersenang-senang. Pacar-pacaran. Tidak pikirkan urusan kampus. Tidak mau mengerjakan tugas. Masih ikut-ikutan. Kamu tidak akan jadi apa-apa. Orangtuamu akan terus ada berjuang untukmu. Tak pernah berhenti berkorban walaupun dirimu berkali-kali membohonginya.
Senakal bagaimanapun dirimu. Orangtua tetap menjadikanmu kebanggaan. Lalu, kalau sampai sekarang kamu masih terus main-main. Masih saja menghabiskan waktu berlalu sia-sia. Tidak mau berubah memperbaiki diri. Masih saja membohongi orangtua. Urusan kampus tidak dibereskan. Lalu kapan orangtuamu tenang hidupnya. Tolong ingat ini "Beban orang tua terbesar adalah takut kalau anak-anaknya tidak bahagia. Itulah sebapanya orangtua tidak pernah kenal kata menyerah demi anak-anaknya". Aku ingatkan lagi, "Kamu tidak perlu sukses besar. Tidak perlu sukses untuk banyak orang. Cukup kamu manpu buktikan pada orangtuamu bahwa kamu tidak akan mengecewakanya. Kamu buktikan pada dirimu bahwa kamu pasti sukses. Caranya bagaimana? Jangan sia-siakan harapan orangtua yang ada pada dirimu dan jangan mudah putus asa".
Kalau kamu mengalami banyak masalah dan penderitaan dan kamu berpikir Allah berdiam diri, ingatlah bahwa kamu bukan sendirian dalam ha itu. Ingatlah juga bahwa kamu bukanlah yang paling susah dan menderita. Masih banyak orang lain yang lebih susah dari kamu. Yakinkan dirimu bahwa Allah tahu masalahmu dan memahami masalah hidupmu. Pada suatu saat, Dia akan campur tangan dalam hidupmu entah lewat pengalaman yang tidak kamu duga atau lewat kasih orang lain. Maka Dia mengajakmu bersabarlah dan kamu akan menikmati buah kesabaranmu. Berpengharapanlah maka Dia tidak akan mengecewakanmu. Dan berdoalah dengan tulus maka Dia akan mendengarkan dan mengabulkan doamu.
Sehebat bagaimanapun dirimu kalau tidak punya karya. Pada akhirnya kamu akan berlalu. Mati. Dikubur. Selesai. Maka kuingatkan lagi, "Berkaryalah agar hidupmu tidak sia-sia. Kamu pasti bisa. Aku yakin kamu memiliki talenta yang bisa bermanfaat bagi dirimu dan bagi orang di sekitarmu tapi talenta itu tetaplah sia-sia kalau kamu yang tidak mau berjuang".
Dari kisah hidupku yang aku tulis di atas. Ada begitu banyak pelajaran hidup yang membuat aku semangat. Ada pelajaran hidup yang aku tidak dapatkan di gedung sekolah yaitu cara bertahan hidup. Aku menemukan banyak rahasia Tuhan di balik liku-liku kehidupanku. Setiap aku punya masalah, aku kembali membaca kisah hidupku. Aku termotivasi sendiri. Aku kembali semangat.
Aku terus melangkah. Aku sadar bahwa hidup memang sudah begitu. Selalu ada kejadian yang di luar logika kita. Jatuh dan gagal pasti ada. Tapi, hidup harus dijalani. Masalah pasti tetap ada. Lalu, kalau hari ini apa yang kita minta dalam doa belum terkabulkan. Bukan berarti Tuhan tak mendegarnya tapi Tuhan ingin, agar kita percaya bahwa semuanya indah dan tepat pada waktunya. Tuhan ingin, agar kita menghargai hidup. Agar paham bahwa yang terbaik selalu butuh kesabaran. Butuh air mata. Butuh keringat. Butuh perjuangan dan proses.
Percayalah, orang hebat di dunia bukan mereka yang memiliki segalahnya. Tapi mereka yang memiliki semangat hidup yang tidak mudah menyerah. Yang berkurangan tapi tetap berterima kasih pada Tuhan. Orang hebat adalah orang yang punya hubungan pribadi yang setia dengan Tuhan. Yang tak pernah menyerah. Berdiri kembali walau telah jatuh berkali-kali. Yang punya kemauan untuk mau menjadikan dirinya berkat bagi sesama. Mungkin tidak dengan materi tapi saling memberi semangat untuk tetap maju menghadapi kerasnya kehidupan.
Pada saat ini, aku lagi menunggu ijazahku. Dan juga melengkapi beberapa sertifikat untuk berlayar. Semoga nanti, setelah aku sudah pegang Ijazah, aku bisa cepat naik kapal. Bisa menghasilkan. Bisa membahagiakan nenek di kampung. Amin...
Melalui kiriman ini, saya ingin berterima kasih kepada siapa saja yang mengenalku. Yang talah membaca kisah perjalananku. Yang pernah menolongku. Mendukungku selama ini. Tanpa doa dan dukungan dari teman-teman terkasih. Aku bukanlah siapa-siapa. Perjuangan hidupku masih panjang. Masih banyak hal-hal yang harus aku hadapi. Akan selalu ada tantangan. Aku mohon dengan tulus, jangan pernah berhenti mendoakanku, menasehatiku dan memberiku semangat.
Terima kasih telah menjadi bagian dari kisah perjalanan hidupku.
Baruppu' Toraja Utara, 17 Maret 2016.
0 Response to "Inspirasi dari Pelaut Toraja, Terharu bacanya!!"
Post a Comment